Senin, 14 Desember 2015

Pengertian, Jenis, dan Teknik Pidato

A.   Pengertian Pidato
Menurut Bena Putra Wijaya dalam bukunya yang berjudul Buku Sakti Mahir Pidato, pidato atau public speaking adalah ucapan yang tersusun dengan baik dan ditujukan kepada orang banyak.
Pidato atau yang kita kenal sebagai public speaking adalah sebuah penyampaian , ajakan, maupun penyebarluasan mengenai sesuatu kepada banyak orang dan dihadapan umum baik yang tercantum dalam naskah maupun tidak, yang tersusun secara sistematis. Kemahiran dalam berpidato biasa disebut retorika atau oratori, sedangkan orang yang berpidato disebut retor atau orator.

Unsur-unsur dalam pidato menurut Bena Putra Wijaya (2015, hlm.10-11) adalah sebagai berikut :
1.      Pembicara atau Orator
Orator berperan sebagai pemberi atau pengirim pesan atau orang-orang yang ingin melakukan komunikasi publik. Dalam pidato, soal pengirim ini terkait erat dengan sosok, penampilan, karakter, maupun sikap yang nantinya perlu dilakukan ketika orang tersebut berbicara kepada orang lain sebagai pendengar.
2.      Pesan
Pesan merupakan isi dari suatu pesan atau sesuatu yang ingin diinformasikan atau disampaikan kepada orang lain. Hal yang ingin disampaikan ini terkait dengan materi atau substansi pembicaraan yang disampaikan kepada khalayak ramai (publik).
3.      Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan yang biasanya dapat dilakukan melalui radio, televisi, maupun tatap muka biasa dalam sebuah acara atau pertemuan.
4.      Penerima Pesan
Penerima pesan atau receiver adalah khalayak yang dituju, termasuk latar belakang, umur, atau status sosialnya.
5.      Umpan Balik
Pemahaman khalayak setelah diberikan pesan atau harapan-harapan mereka ketika mengikuti pidato dan respon mereka terhadap acara yang dilangsungkan.

Kelima unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Hilangnya salah satu unsur tersebut akan mengakibatkan ketimpangan dalam berpidato.
            Tujuan pidato :
1.      menyampaikan suatu informasi;
2.      mengajak agar publik setuju dan mendukung apa yang disampaikan oleh orator , baik itu untuk kepentingannya pribadi maupun kepentingan publik;
3.      memberikan hiburan kepada pendengar.

B.     Jenis-Jenis Pidato
Jenis pidato menurut Ristina Yani Puspita (2015, hlm.11-13) :
1.      Jenis Pidato Berdasarkan Sifat
a.       Pidato pembukaan
Pidato pembukaan dilakukan untuk mengawali suatu acara. Pidato ini menandakan bahwa acara akan segera dimulai. Pidato pembukaan biasanya disampaikan oleh pembawa acara, dan berisi susunan acara.
b.      Pidato pengarahan
Pidato ini berisi pengarahan tentang suatu hal. Kita seringkali mendengar pidato ini dalam suatu acara atau rapat warga, dimana yang memberikan pengarahan adalah ketua Rt atau RW. Sebagai contoh pengarahan tentang proses pengajuan E-KTP.
c.       Pidato sambutan
Pidato sambutan biasanya dibawakan secara berurutan. Sebagai contoh pidato sambutan yang dibawakan dimulai dari ketua panitia kemudian ketua RT, dan disusul oleh ketua RW dst.
d.      Pidato peresmian
Biasanya dibawakan oleh orang dengan kedudukan yang penting atau berpengaruh dalam acara tersebut. Bisa juga dibawakan oleh pejabat negara. Pidato ini bertujuan untuk meresmikan suatu proyek atau gedung baru. Biasanya berisi ucapan selamat atas keberhasilan dan menandakan bahwa apa yang telah dibangun sudah bisa dibuka atau dijalankan.
e.       Pidato laporan
Pidato ini berisi laporan kegiatan atau usaha yang dijalankan yang bermaksud untuk melaporkan suatu kejadian.
f.       Pidato pertanggungjawaban
Pidato ini berisi tentang laporan pertanggungjawaban atas hasil kerja yang telah dilakukan. Biasanya terjadi dalam suasana rapat, namun bisa juga tidak. Seperti pidato pertanggungjawaban presiden kepada rakyatnya atas hasil kerjanya selama dia menjabat.

2.      Jenis Pidato Berdasarkan Situasi, Tempat , dan Tujuan :
a.       Pidato politik
Pidato ini berisi orasi-orasi yang disampaikan oleh para tokoh politik. Dalam suasana kampanye, pastilah kita sering menjumpai para tokoh politik memaparkan pidatonya. Isi dari pidato ini berupa ide, visi, misi yang akan dijalankan atau bahkan telah dijalankan. Jenis pidato ini mengandung unsur politik karena bertujuan untuk menarik massa agar memberikan dukungan kepadanya. Pidato ini biasanya dilakukan di tempat yang luas dan dihadiri oleh orang banyak.
b.      Pidato dalam kesempatan khusus
Pidato seperti ini biasanya terdapat dalam acara informal, seperti rapat-rapat warga, rapat keluarga, dsb. Tatanan bahasa yang digunakan dalam pidato ini lebih bersifat kekeluargaan. Pidato yang termasuk jenis ini adalah pidato pembukaan, pidato selamat datang, pidato penutup, dsb. Durasi yang diperlukan untuk berpidato relatif singkat, yaitu sekitar 5 menit.
c.       Pidato dalam kesempatan resmi
Jenis pidato ini terdapat dalam acara formal dan tatanan bahasa yang digunakan haruslah menuntut tatanan bahasa yang baik dan benar. Karena dalam acara resmi seperti ini dihadiri oleh tokoh masyarakat yang mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Contohnya adalah pidato pernikahan dan pidato pelantikan.
d.      Pidato dalam pertemuan informatif
Pidato ini bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat dalam suatu acara tertentu. Seseorang yang berpidato dalam acara ini adalah orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Pidato ini lebih ke arah rasional, dan penceramah dituntut kebenarannya terhadap pengetahuan yang disampaikannya. Pidato seperti ini dapat kita temukan dalam acara kegiatan belajar mengajar atau perkuliahan, dimana seorang dosen menyampaikan materi kuliahnya kepada mahasiswa



C.     Teknik Berpidato
Metode pidato menurut Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Pidato :
1.      impromptu, metode berpidato serta merta tanpa persiapan sama sekali;
2.      memoriter, metode berpidato dengan menghafalkan naskah terlebih dahulu;
3.      naskah, metode berpidato dengan membacakan teks/naskah pidato;
4.      ekstemporer, metode berpidato dengan menyiapkan terlebih dahulu  garis-garis besar materi atau konsep pidato yang akan disampaikan.
Kelebihan dan kekurangan tiap metode telah kami rangkum dalam tabel berikut ini:

No.
Metode
Kelebihan
Kekurangan
1.
Impromptu
Suasana akan lebih hidup apabila pembicara sudah berpengalaman dan berimprovisasi
Resiko terlalu besar karena tidak ada persiapan sebelumnya
2.
Memoriter
Pembicara dapat menguasai bahan dan berkomunikasi dengan baik kepada publik, dapat melakukan kontak mata dengan publik
Pembicara dapat saja lupa akan bahan berpidato dan menimbulkan kepanikan
3.
Naskah
Semua bahan tidak ada yang telupakan dan sudah disiapkan dengan matang
Pembicara kurang dapat berkomunikasi dengan publik dan melakukan kontak mata, dan akan terlihat kaku jika terlalu focus pada naskah
4.
Ekstemporer
Pembicara dapat menguasai bahan, berkomunikasi dengan baik kepada publik, dan suasana akan terlihat lebih hidup
Pembicara yang kurang cakap bisa saja grogi, ada kemungkinan dimana bahan sudah habis tapi waktu masih ada, atau sebaliknya

Kamis, 10 Desember 2015

Renungan Injil : Kasihilah Musuhmu (Luk.6:27-36)

Kasihilah Musuhmu (Luk.6:27-36)

27”Tetapi kepada kamu yang mendengarkan Aku, Aku berkata : Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 28mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. 29Barang siapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barang siapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. 30Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. 31Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 32Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. 33Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. 34Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. 35Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterimakasih dan terhadap orang-orang jahat. 36Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”


Renungan dari bacaan tersebut adalah bahwa Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi musuh kita, bukan untuk membencinya meskipun mereka mencaci atau menjatuhkan kita. Mengapa demikian? Karena kita adalah anak Allah, kita juga harus seperti-Nya yang murah hati dan memaafkan para pendosa. Kita harus mendoakan mereka dan jangan bersikap sama seperti mereka. Bila kita tulus dan ikhlas serta tidak menyimpan dendam, maka kita akan mendapat balasan dari Allah itu sendiri dan akan menjadi anak Allah Yang Mahatinggi. Untuk itu sebaiknya kita mulai mengasihi dan memaafkan musuh kita tanpa ada niat untuk membalas dendam, karena Allah yang murah hati telah mengajarkan kita untuk mengasihi musuh kita.

INCEST TABOO

Suatu aturan yang dijumpai dalam semua masyarakat mengatur mengenai siapa yang boleh dan tidak boleh dinikahi. Salah satu diantaranya ialah incest taboo (larangan hubungan sumbang, inses, sumbang muhrim), yang melarang hubungan perkawinan dengan keluarga yang sangat dekat seperti perkawinan seorang anak dengan salah seorang orangtuanya atau perkawinan antara saudara kandung. 

Menurut Clayton (1979) larangan hubungan sumbang ini tidak terbatas pada orang yang mempunyai hubungan darah sangat dekat (orangtua-anak , saudara kandung) tetapi sering mencakup pula kerabat di luar orangtua dan saudara kandung. Meskipun incest taboo dijumpai dalam semua masyarakat, namun para ahli sosiologi mencatat bahwa pada kelompok tertentu dalam masyarakat dapat dijumpai pengecualian ; Russel Middleton mengemukakan misalnya bahwa di kalangan Raja Mesir Kuno , Yunani kuno dan Romawi kuni banyak dijumpai perkawinan kakak adik atau perkawinan orangtua-anak (lihat Clayton, 1979:52-53)

dikutip dari buku Pengantar Sosiologi (hlm.62) karangan Kamanto Sunarto